Thursday, January 4, 2007

Yogyakarta

Reservasi tiket
Tiket kereta Gambir Yogyakarta dan Yogyakarta Gambir sudah ditangan, tepat satu minggu sebelum tanggal keberangkatan. Tujuan rekreasi kali ini sengaja dipilih Yogyakarta, karena waktu yang ‘cukup’ untuk memberi kesempatan anak-anak menikmati transportasi kereta api. Sebelumnya, survey tempat tinggal selama di Yogyakarta dilakukan, melalui penelusuran di internet maupun kenalan.




Ketika berada ditempat Reservasi Tiket, saya sempat kebingungan. Maklumlah, saya tidak paham dengan 'spesifikasi' jenis kereta ke arah tujuan Yogyakarta. Apakah itu Ekonomi atau Bisnis atau Eksekutif. Berharap ada pusat sumber informasi yang memberikan penerangan tentang kereta api yang beroperasi, sehingga calon penumpang dapat memilih jenis kereta api yang cocok dengan kebutuhannya. Meskipun meraba-raba, saya beranikan diri untuk mengantri. Duh...ternyata petugasnya pun tidak dengan ramah menolong saya memberikan informasi. Dengan pasrah karena layanan yang terburu-buru, saya stick dengan pilihan pertama, Dwipangga dan Taksaka.



Keberangkatan 29 Desember 2006
Akhirnya waktu keberangkatan tiba, Jumat 29 Desember 2006. Setiba di Gambir, kami masih harus menunggu kereta Argo Dwipangga jurusan Gambir-Solo Balapan yang masih dalam perjalanan menuju Gambir. Agak kecewa juga karena stasiun ini tidak menyediakan tempat tunggu yang layak. Para penumpang kereta api yang sedang menunggu kereta mereka, dalam kota maupun antar kota berdesak-desakan di peron tunggu. Sebagian penumpang ada yang dapat tempat duduk, sebagian tentu berdiri atau menggunakan tas mereka sebagai tempat duduk. Lebih-lebih lagi, jalur tunggu itu sangat berdekatan dengan lalu lalangnya kereta api. Aduh..bahayanya, pikir saya. Seharusnya PT KAI memikirkan kenyamanan dan yang penting lagi, KESELAMATAN penumpang. Bayangkan anak-anak kecil yang berlari-lari ditengah kerumunan penumpang, yang berjarak sangat dekat dengan kereta api yang melaju cepat di sisi peron.

Ketika akhirnya kami menaiki kereta dan menuju tempat duduk kami, saya langsung bersin-bersin. Sangat terasa debu-debu yang melekat di tempat duduk kami. Kereta berjalan sangat lambat. Kereta baru berjalan lepas Manggarai pukul 10.20 WIB.

Hari sudah gelap ketika kereta memasuki Stasiun Kereta Tugu. Penjemput kami juga sudah ada, dan kami tiba di Guest House Duta jalan Prawirotaman. Kami melihat banyak turis-turis asing di sekitar penginapan kami dan juga di café sekitarnya.

Hari pertama 30 Desember 2006

Istirahat yang cukup semalam, makan pagi ala American Breakfast, cukup membuat semangat kami memasuki hari pertama kam di Yogyakarta. Kendaraan sudah kami pesan, tujuan kami adalah Candi Borobudur. Cuaca pagi hujan. Rencana keberangkatan pukul 10 pagi agak tertunda, Seelah hujan agak reda, kami memutuskan untuk berangkat.
Perjalanan ditepih kurang lebih selama satu jam. Hujan menemani perjalanan kami menuju Candi ini. Waw…tak terbayangkan bagaimana para pekerja membangun candi semegah ini. Bayangkan tanpa pasir maupun semen. Bahkan mungkin tidak dirancang dalam bentuk blueprint. Luar biasa. Tampak taerlihat beberapa batu-batu yang menggantikan relief yang rusak. Ternyata cukup menguras tenaga juga untuk menaiki tangga yang lumayan tinggi untuk mencapai stupa puncaknya. Lumayan terasa pegal-pegal lutut ini.




>



Hari kedua 31 Desember 2006

Kunjungan di hari ini adalah Benteng Vredeburg, yang terletak di ujung jalan Malioboro. Sayangnya, tempat ini tutup. Hanya dapat dikunjungi namun tidak dapat melihat ke dalam ruangan-ruangan yang ada. Meskipun demikian, kami tetap berjalan mengitari benteng ini.



[Taman Pintar: wish we had one in Jakarta/Banten]

Hari Ketiga 1 Januari 2007

Hari terakhir kami di Yogyakarta, ingin rasanya mengunjungi Kote Gede tempat kerajinan perak yang terkenal itu. Untungnya tempat kami tidak jauh dari sana. Dengan berkendaraan becak, kami menuju pusat kerajinan perak ini. Waw…koleksinya sangat unik! Beragam bentuk kerajinan seperti perhiasan maupun hiasan rumah denganberagam bentuk memenuhi ruang pamer. Di belakangnya, terdapat beberapa orang pengrajin yang sedang membuat maupun membersihkan hasil karya kerajinan yang ada. Ingin sekali membeli beberapa asesoris yang unik-unik ini. Tapi kok rasanya gak rela ya mengeluarkan dua ratus ribu rupiah untuk sepasang anting lucu dan unik ini. So, tahan rasa deh..

Setelah menyantap hidangan khas Jawa di Sri Kedhaton, kami pulang dengan delman.

Kepulangan 2 Januari 2007

Pagi ini kami harus bersiap-siap pulang. Setelah makan pagi kamipun berangkat meninggalkan tempat penginapan kami. Ah..tak terasa kami harus meninggalkan Yogyakarta. Meskipun banyak disertai curah hujan dan berita yang tidak mengenakan tentang beberapa kecelakaan udara dan laut di awal tahun ini, kami menyimpan banyak cerita dari liburan kali ini.


[Berpose sebelum pulang di depan tempat kami menginap]