Thursday, March 11, 2010

Banda Aceh - Bireuen: antara teroris, kolaborasi dan wisata kuliner

Dalam rangka peringatan Hari Buku 2010, Perpustakaan Sekolah Sukma Bangsa, Bireuen mengadakan rangkaian kegiatan dan lomba yang diakhiri dengan Workshop yang bertema Kolaborasi Pustakawan dan Guru Dalam Implementasi Literasi Informasi (Information Literacy).



Undangan dan Perjalanan

Panitia telah mengundang Dosen IAIN Ar-Raniry NAD, Bapak Saefuddin Ar-Rasyid, M.Sc; Syarizal (Medan International School) dan Hanna Latuputty-George, SS (Ketua APISI)



Hari Jumat malam, kami,saya dan ibu Eko, mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda setelah menempuh penerbangan di tengah cuaca hujan dari Medan. Bersama Alpi dari Sekolah Sukma Bangsa, Pak Saef, Eko dan saya menikmati santap malam di Lambaro. Setelah menyantap hidangan nasi goreng dengan udang dan cumi yang lezat, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Bireuen.



Jujur saja, kesibukan pekerjaan dan persiapan acara ini mengalihkan perhatian saya bahwa telah terjadi penangkapan empat tersangka teroris lewat penyergapan ke kamp latihan di kawasan pegunungan Jalin, Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh besar, Senin (22/2) malam oleh Tim Polda Aceh.* Luput juga dari perhatian saya bahwa polisi berkeyakinan kawanan bersenjata ini melarikan diri ke Kemukiman Lamkabeu di Kaki Gunung Seulawah -sebagian kecil diperkirakan melarikan diri ke pedalaman Jalin, juga ke Bireuen!** Hal yang pasti, jalur darat yang kami lewati malam itu adalah Banda Aceh - Jantho - Sigli - Pidie dan Bireun. Jalanan yang gelap tanpa lampu jalan dan dua kali sweeping mewarnai perjalanan kami hingga ke Bireuen.



Kolaborasi itu penting

Cuaca tampak cerah saat acara yang diadakan tanggal 6 Maret 2010 ini dimulai. Kecerahan pagi ini serasa menyapu bersih keletihan perjalanan kami semalam dari Banda Aceh. Acara ini dihadiri sekitar hampir tujuh puluh peserta yang kebanyakan dari mereka adalah pustakawan sekolah dan ada juga beberapa kepala sekolah. Tampak terparkir si depan ruang acara, sebuah Mobil Pintar dan Motor Pintar yang berisi buku-buku baru yang masih bagus-bagus.



Para peserta tampak antusias menanggapi presentasi kami, dan mereka tampak sekali bersemangat untuk mencari tahu trik-trik pengembangan perpustakaan sekolah mereka yang mereka anggap masih apa adanya.



Ada salah satu kepala sekolah yang berkomentar bahwa kurang tepat sekiranya pustakawan dan guru kelas berkolaborasi, sarannya, pustakawan menyediakan bahan saja untuk guru. Baginya, guru pustakawan lah yang klop untuk memberi pengajaran literasi informasi ini.



Peserta Workshop



Pertanyaan yang menarik dari seorang kepala sekolah. Dalam hal ini saya tekankan bahwa implementasi guru pustakawan belum memiliki aturan tata laksana yang jelas di Indonesia. Istilah ini sangat popular di dunia kepustakawan sekolah di Australia. Istilah ini muncul setelah di lapangan timbul suatu kebutuhan bahwa pustakawan perlu memberi pelajaran tambahan bagi murid-murid tentang keterampilan literasi informasi.



Kebanyakan sekolah-sekolah mempekerjakan guru untuk mengolah perpustakaanya, dan jarang dari antara mereka yang memiliki latar belakang ilmu perpustakaan. Seballiknya tidak banyak sekolah-sekolah yang mempekerjakan seorang pustakawan profesional untuk mengelola perpustakaannya. Sementara itu, sebuah posisi GURU PUSTAKAWAN sebetulnya diberikan kepada mereka yang memang memiliki kualifikasi sebagai guru DAN pustakawan. Ini situasi ideal. Pada pelaksanaannya, ada guru yang berperan menjadi pustakawan guru dan ada pustakawan yang berperan sebagai pustakawan guru. Sementara Permendiknas nomor 25 tahun 2008, tentang Sertifikasi dan Kualifikasi Kepala Perpustakaan dan Tenaga Perpustakaan sama sekali tidak menyinggung peran guru pustakawan ini.



Peran perpustakaan sekolah dan pengelolanya memang telah bergeser sangat significant akhir-akhir ini. Perkembangan teknologi dan kebutuhan pengajaran literasi informasi telah menggeser peran pustakawan sekolah untuk lebih pro active dalam melayani kebutuhan informasi pemakainya melalui tehnologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat dan pesat perkembangannya. Di sisi lain, kebutuhan untuk membekali peserta didik dengan keterampilan informasi juga semakin diperlukan. Itulah sebabnya seorang pustakawan kini di'tuntut' untuk berperasn ganda, tidak saja sebagai tenaga pengelola perpustakaan melainkan juga sebagai pengajar untuk keterampilan literasi informasi.



Jadi, kolaborasi pemangku jabatan, kepala sekolah, guru dan pustakawan sekolahnya sangat penting dalam menentukan kebijakan lokal apa yang patut dibuat untuk menunjang hal-hal apa yang dianggap penting dan menjadi prioritas dalam sebuah sekolah yang berpengaruh terhadap rencana kerja mereka masing-masing. Tentu saja ini akan berdampak langsung terhadap perkembangan perpustakaan sekolahnya serta layanan yang diberikan. Siapkah kita?

* http://www.serambinews.com/news/view/24954/empat-tersangka-teroris-dibekuk (diakses 12 Naret 2010)

** Gatra No 18 Tahun XVI - 11 - 17 Maret 2010.



Wisata Kuliner



Lambaro. Makan malam. Ini pilihan saya...







Kuliner di Alun-alun, Sigli



Mie Aceh Kepiting: hmmm....mantabb





Sate Matang: daging sapi dengan saus yang unik





Martabak Duren: hidangan penutup





Banda Aceh. Sarapan pagi



Berempat di kawasa Rex, nama tempat kedai-kedai makan di Banda Aceh







'Nasi Uduk dengan telur atau dendeng, Es Jeruk, Teh Hangat, atau air putih...'





Cemilan teman makan pagi





Kunjungan ke beberapa tempat di Banda Aceh



Pelabuhan Feri Ulee Lheue



















Kapal PLTD Apung







Kapal ini benar-benar berada di tengah pemukiman penduduk. Untuk mencapainya, kami melewati gang gang kecil. Kapal ini terkapar kira-kira 4 km dari tepi laut.



Masjid Raya Baiturrahman





No comments:

Post a Comment