Pilihan tempat liburan kali ini jatuh ke Bali. Salah satu pertimbangannyanya karena tawaran penerbangan economy promo Air Asia pada bulan April. Hitung punya hitung, rasanya liburan ke Bali cukup membayar harga karena selama seminggu awal Juli, anak-anak akan ditinggal untuk satu minggu untuk pelatihan APISI di Bogor. Dengan penyesuaian yang ada, pilihan tanggal jatuh di akhir bulan Juli, sebetulnya waktu anak-anak sudah masuk sekolah. Apa boleh buat, harus ada yang mengalah. Tak apalah kali ini memberi ijin mereka untuk tidak masuk sekolah karena berlibur....
Awalnya, Yosua mengaku takut untuk naik pesawat. Rupanya, berita kecelakaan jatuhnya pesawat di teve, membuatnya terpengaruh. Kami berusaha meyakinkan bahwa kecelakaan dapat terjadi di mana saja sehingga tak perlu takut kalau pesawatnya akan jatuh. Persiapan mental beberapa waktu sebelum bepergian rupanya cukup ampuh mempersiapkan Yosua. Kegirangan untuk berlibur di pantai jauh lebih memikat hatinya daripada ketakutannya untuk naik pesawat.
Hari Pertama – 29 Juli 2008
Rasanya sudah tidak sabar lagi menanti sore. Kami sudah menanti-nantikan hari keberangkatan ini sejak tiga bulan lalu. Akhirnya, pukul 5 sore kami meninggalkan rumah menuju bandara dengan menggunakan mobil. Rencananya, mobil akan kami inapkan di bandara. Kami tiba tepat waktu, meskipun di perjalanan kendaraan agak padat, dan kami agak-agak kawatir kalau tiba terlambat.
Setelah check in di counter Air Asia, kami bergegas menuju ruang tunggu. Waktu penerbangan tidak mengalami perubahan jadwal. Syukurlah. Dan kami pun berangkat menuju Denpasar, Bali. Setibanya kami di bandara Ngurah Rai, kami memesan taksi menuju Hotel Adhi Jaya untuk menghabiskan dua malam pertama liburan kami.
Hari Kedua – 30 Juli 2008
Hari ini kami memutuskan untuk bersantai di hotel dan pantai Kuta, yang tidak jauh letaknya dari hotel ini. Setelah sarapan pagi, anak-anak bersiap untuk berenang di kolam renang hotel, dan kami menikmati hari dengan membaca buku dan rileks di tepi kolam.
Saya mendapatkan peta Bali dari hotel dan bersiap untuk mengatur perjalanan kami menuju pantai utara, Lovina, Singaraja. Untungnya, pihan hotel telah memberi pilihan tempat-tempat mana yang dapat disinggahi jika kita hendak melakukan perjalanan ke utara lengkap dengan perkiraan waktu yang akan dihabiskan. Informasi tentang tempat makan dan tempat wisata yang direkomendasi dari tante Eko lumayan memberikan masukan juga. Terima kasih tante Eko! Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat pagi hari dari Kuta menuju Tanah Lot dan Bedugul sebelum tiba di Hotel Aneka - Lovina. Rencana perjalanan pulang kami adalah Lovina, Air Sanih, Kintamani (Danau Batur), Ubud, Pantai Sanur, mampir di Erlangga untuk sekadar membeli oleh-oleh kemudian ke airport. Rencana perjalanan, selesai.
Untuk makan siang hari ini, cukup mampir ke Discovery Mall yang letaknya tepat di depan hotel kami. Pilihan jatuh pada KFC dan Roti Boy untuk penganan. Setelah itu kami menuju pantai Kuta lengkap dengan mainan pasir anak-anak. Untungnya siang itu agak mendung. Pantai Kuta tidak terlalu banyak dipenuhi orang. Beberapa gerombolan anak sekolah dan turis berseliweran. Anak-anak bermain ombak dan pasir.
Kami memutuskan untuk menunggu matahari terbenam di Pantai Kuta sebelum kembali ke hotel. Ketika melewati tangga Discovery Mall,tampak pertunjukan musik oleh dua orang penyanyi dan seorang musisi di atas panggung yang telah disediakan. Alunan musik indah ini semakin romantic karena dilatar belakangi pemandangan alam yang begitu indah yaitu potret hidup matahari terbenam. Aih....
Sunset di Pantai Kuta
Hari Ketiga – 31 Juli 2008
Terima kasih untuk mba Rini dan bli Nyoman yang mengusahakan transport kami menuju Lovina. Pak Denni sudah siap sejak pukul 8 untuk mengantar kami. Setelah sarapan, kami pun check out dari hotel dan memulai perjalanan kami. Sesuai rencana, tujuan pertama kami adalah Tanah Lot. Sepanjang jalan menuju Tanah Lot, hamparan padi yang luas memberi pemandangan baru bagi kami. Warna hijau dan kuning terbentang indah sejauh mata memandang ke kanan atau ke kiri. Kadang, kami melihat beberapa orang dengan baju adat lalu lalang di tepian jalan. Ada upacara adat. Menurut pak Denni, upacara ini dilakukan berbeda waktu dari satu desa dengan desa lainnya. Kami menangkap suasana desa yang jauh dari hiruk pikuk. Hampir tidak dapat kami temui gedung – gedung perkantoran seperti di Jakarta, atau keramaian kendaraan mobil atau motor yang memicu kemacetan. Tenangnya kehidupan di sini. Akhirnya kami tiba di Tanah Lot. Setelah membayar tiket masuk, kami berjalan menyusuri jalan yang banyak pedagangnya di sisian jalan. Rasanya pukul 10 pagi adalah waktu yang tepat, karena belum banyak kami jumpai para wisatawan lain di tempat ini.
Puas menikmati pemandangan dan mengambil gambar di Tanah Lot, perjalanan kami teruskan menuju Bedugul. Perjalanan kali ini berbeda dengan sebelumnya. Jalan yang menanjang dan tikungan yang curam mewarnai perjalanan kami. Udarapun mulai dingin. Kami tiba di Danau Bratan. Danau ini kalau dikelilingi bisa sepanjang 12 km. Untuk itu, pihak pariwisata melengkapi beragam jenis perahu bagi pengunjung yang ingin menikmati pemandangan alam sekitar danau. Kami memutuskan untuk menyewa perahu motor dengan harga Rp 100.000,- untuk mengelilingi danau ini.
Sebelum melanjutkan perjalanan, pak Denni membawa kami makan siang di Mentari Restaurant, sebuah restoran buffet tepat di depan tempat obyek wisata Danau Bratan. Dengan membayar Rp 60.000/pax pengunjung dapat makan sepuas hati. Setelah kenyang, kami meneruskan perjalanan kami ke tempat penginapan kami di Singaraja. Di tengah sengatnya matahari, akhirnya kami tiba.
Setelah check in, barang-barang kami dibawa dengan sebuah mobil angkutan menuju kamar kami menginap. Setelah itu kami bergegas menuju pantai. Kalau boleh jujur, kami agak sedikit kecewa melihat pantai ini. Saat itu pantai sedang surut, dan pantai tampak tak sebersih pantai Kuta. Pasirnya berwarna agak kehitaman dan banyak kerang-kerang maupun rumput laut bertaburan di tepi pantainya. Kami menyusurinya dan kemudian kembali lagi untuk berenang di kolam.
Wah..pedagang lokalpun tampak giat mendekati kami menawarkan dagangannya, termasuk pak Madi yang menawarkan perahunya untuk membawa kami melihat lumba-lumba esok pagi. Tawar menawar, akhirnya kami mendapat harga di bawah harga yang ditawarkan hotel. Sore hari kami lewatkan di kolam renang hotel. Setelah mandi, kami berjalan lumayan jauh untuk menemukan sebuah toko serba ada untuk membeli snack dan susu UHT untuk anak-anak. Setelah itu kami memesan makanan hotel, karena sepanjang jalan kami tidak temui rumah makan yang buka, padahal waktu baru menunjukkan pukul 7 malam. Namun, suasana jalan hampir sama dengan suasana jalan pukul 11 malam di Jakarta.
Hari ke - empat – 1 Agustus 2008.
Pagi-pagi sekali pukul 5.30 kami sudah bangun dan bersiap-siap untuk melihat lumba-lumba di perairan Lovina. Ternyata, bukan hanya kami, tapi kemungkinan hampir semua tamu hotel saat itu juga ramai menuju tepi pantai, mengenakan life vest dan naik ke perahu motor yang sudah disediakan kemudian siap untuk melaut. Suasana pagi itu masih gelap.Tapi tepi pantai telah ramai dipenuhi orang-orang yang juga ingin melihat lumba-lumba. Kami menanti-nanti seperti apa pemandangan lumba-lumba di pagi hari ini.
Tak lama kemudian, lumba-lumba mulai bermunculan, ada yang bergerombol, ada pula yang berpasang-pasangan. Hal yang menarik dari perjalanan melaut ini adalah hunting lumba-lumbanya ketimbang menikmati lumba-lumba yang bermunculan dan meloncat karena tidak ada seorang pun yang tahu kapan dan dimana lumba-lumba itu muncul dan meloncat. Ada banyak perahu motor yang punya tujuan yang sama, ketika ada segerombolan lumba-lumba yang muncul, maka segenap perahu motor itupun menghampiri mereka. Hal ini justru ‘mengusir’ lumba-lumba itu menjauh dari ributnya suara perahu motor. Untuk mengabadikan lumba-lumba sedang meloncatpun butuh ketrampilan khusus, buktinya, kami hanya dapat menangkap gambar lumba-lumba yang sedang menyelam daripada yang meloncat.
Mana lumba-lumbanya?
Sunrise di Pantai Lovina
Kekecewaan kami karna tidak ada lumba-lumba yang cukup ramah untuk melomcat di dekat perahu kami terobati setelah matahari terbit. Wah....indahnya....rasanya memang beda menikmati matahari terbit setiap pagi di tengah keramaian mobil-mobil menuju tempat kerja dengan menikmati matahari terbit di atas perahu di tengah laut. Saat inilah kami menyadari betapa luar biasanya ciptaan Tuhan atas semesta. Sempurna!
Sebelum kembali ke pantai, kami mampir ke taman laut, saat kami bisa menikmati beragam ikan hias dari atas perahu. Kami mengagumi warna – warna dan bentuk ikan hias yang beraneka raga itu sambil kami memberi mereka makan roti. Sekali lagi...betapa luar biasanya ciptaan Tuhan...
Sisa hari ini kami habiskan beristirahat dan rileks di kamar. Siang hari, kami mencoba naik angkutan yang ada menuju ke Barat untuk mencari makan siang, sekaligus mencari ATM dan layang-layang buat Yosua. Akhirnya kami berhenti di sebuah warung makan sederhana Ibu Dewi. Kami memesan makanan rumahan dan bakso babi...hmm yummy....sudah tiga hari ini lidah kami tidak menyentuh masakan rumahan. Teriknya matahari semakin membuat kami menikmati segelas es teh manis dan coca cola, dan kami kembali ke hotel. Anak-anak tidak menunjukkan keinginannya untuk berenang, dan jelang sore hari, saya sudah siap dengan kamera untuk menangkap momen matahari terbenam di pantai Lovina.
Sunset di Pantai Lovina
Hari ke-lima – 2 Agustus 2008
Pagi hari pukul 8 pagi, pak Ari sudah siap menjemput kami. Kali ini, terima kasih untuk Linda yang sudah membantu kami mencari traportasi pulang. Pak Ari membawa kami menyusuri pantai Lovina menuju Air Sanih. Di sini, ada sebuah tempat permandian air tawar yang letaknya tepat di bibir pantai. Daerahnya masih sepi dan pengunjungnya juga tidak banyak. Kami hanya melewati dan meneruskan perjalanan kami dengan rute jalan yang menanjak dengan pemandangan desa dan perkebunan di kiri kanannya. Kamipun tiba di Kintamani. Sungguh sepi tempat ini. Kami memutuskan tidak turun ke Danau Batur [padahal kami ingin sekali makan siang di restaurant mengapung di bawah sana], dan hanya menikmati pemandangan alam dari pagar jalan.
Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan menuju Ubud. Rencananya kami ingin makan siang di Warung Ibu Oka. Sayang, tempatya sangat penuh, dan pilihan jatuh restauran Bumbu Bali, tepat di sebelah warung ini. Kami menyantap Tuna Sambal Matah dan Babi Kecap... Nikmat....Kemudian kami ke pasar Ubud, mencari layangan kemudian kami melanjutkan perjalanan kami menuju Pantai Sanur untuk bermain layang-layang.
Angin yang cukup besar rupanya tidak menjamin layangan Yosua naik dengan cepat. Meskipun layanangan burung ini akhirnya naik juga. Fia dan Yosua tampak menikmati waktu – waktu ini. Sore hari ini kami habiskan dengan jagung bakar dan angin yang keras menerpa wajah-wajah kami. Akhirnya kami harus meninggalkan tempat ini. Tujuan akhir, Erlangga 2. Tempat belanja swalayan dengan harga yang terjamin. Meski tidak niat beli oleh-oleh, akhirnya toh kami membeli juga. Beberapa kain taplak, sepatu Fia dan beberapa kalung dan anting. Off we go to the airport. Kami mampir di KFC untuk sekadar mengganjal perut. Sayangnya, karena alasan cuaca yang kurang baik, penerbangan ditunda. Jadilah kami menanti kurang lebih empat jam di Bandara Ngurah Rai, sebelum akhirnya take off ke Jakarta. Pihak Air Asia cukup berbaik hati dengan membelikan semua awak penumpang paket McDonald: fish burger dan segelas susu dingin.
Liburan kali ini memang agak berbeda. Banyak pengalaman baru di tiap tempat yang kami singgahi. Rasanya, yang namanya liburan tidak pernah cukup. Tapi liburan kali ini, memberi wawasan baru secara pengetahuan budaya lokal juga sisi batiniah yang turut diperkaya. Menikmati alam semakin menyadarkan kita betapa luar biasanya Sang Pencipta.
mba.. mau tanya dunk, kalo pas tawar menawar harga perahu buat liat lumba2, akhirnya dapet berapa mba? Klo pas di Taman lautnya sempat snorkeling ga mba? saya rencana minggu depan mau ke bali dan tertarik untuk melihat lumba2 dan snorkeling di taman laut lovina. Trims..
ReplyDeleteheloo...untuk tawar menawar, lebih baik tanya dulu harga yang ditawarkan pihak hotel. Nah, tawar deh dibawah harga itu. Waktu itu hotel nawar 75 ribu. Aku dapet 60 ribu lgs sm yg punya perahunya. Oya, ternyata taman latu lovina, 'cuma' dibawa ke suatu spot di laut itu, perahunya brenti, dan kita menatap dari perahu kita ke bawah, ke taman laut itu. Kirain taman lautnya gimanaa gitu. Tukang perahunya dah siap dengan makanan yg bisa kita kasih ke ikan2 tu. Oya, itu ada tambahan biaya ekstra loh. Biasanya yg punya perahu akan nanya apakah kita mau liat2 taman laut itu. Ok deh...Enjoy Lovina!
ReplyDelete