Lagi..masalah perijinan
Beginilah masalah buat kami yang bekerja. Perijinan untuk pergi ke sini sana dalam rangka urusan asosiasi tidak selalu lancar. Komunikasi saat meminta perijinan saat saya pergi ke Palu, Sulawesi Tengah, yang saat itu juga menyebutkan Kalimatan Timur dan Nusa Tenggara Timur sebagai salah dua tempat yang akan saya kunjungi untuk pembentukan pengurus daerahnya, ternyata belum cukup ampuh. Rapat ’besar’ dengan para petinggi di lingkungan departemen kami pun terjadilah-lagi. Membicarakan perijinan yang katanya begitu mendadak. Membicarakan bagaimana saya sebetulnya diharapkan ada di tempat kerja dan tidak melulu keluar kantor. Diskusi tentang profesional development, komitmen kerja, ATPUSI, dan kegiatan lainnya pun bergulir dalam rapat itu.
Menurut seorang kolega, sebenarnya ini kesempatan yang baik untuk memperkenalkan apa itu ATPUSI dan apa yang sebetulnya saya kerjakan saat ini. Memang pada rapat itu, Cino dan saya diberi kesempatan banyak bercerita tentang ATPUSI dan kegiatannya. Pertanyaan-pertanyaan seputar kegiatan ini diberondong habis. Ketika saya ditanya, apa pentingnya kegiatan ini buat saya, saya jawab, saya orang Indonesia dan saya merasa harus melakukan tugas ini. Akhirnya saya diijinkan pergi.
Sore itu, 31 Mei 2010, saya langsung ke bandara Sukarno-Hatta dengan berharap akan masih ada tiket penerbangan ke Balikpapan, karena usaha saya booking tiket pada jam-jam tertentu sebelumnya terpaksa hangus karena ketidakpastian kepergian dari atasan saya. Puji Tuhan, Lion Air masih menyisakan saya tiket untuk pergi. Akhirnya, saya pun terbang ke Balikpapan, meski harus menunggu 45 menit ektra karena pesawat delay.
Tiba di Balikpapan, sekitar pukul 22.45 WITA, dan saya harus mencari taksi untuk melanjutkan perjalanan ke Samarinda. Meski dianjurkan untuk mengambil taksi dengan brand tertentu toh saya memilih taksi tanpa argo, mobil Avanza -yang katanya juga aman-. Hal ini mengingat hari sudah malam dan pilihan taksi yang disebut itu sedikit dan jadi rebutan penumpang lain.
Malam itu, saya menghabiskan waktu tiga jam melewati kegelapan malam dan menembus kegelapan hutan bukit Suharto. Tidak mau berpikir bagaimana kalau ban mobil yang saya tumpangi pecah. Baru kali ini naik taksi tiga jam dan baru kali ini naik taksi dengan membayar fee wajar Rp 250.000,-.
Seminar dan Konvensi
Meski tiba pukul 2 pagi di Samarinda, saya tetap bangun segar di pagi hari ini. Pagi itu cuaca hujan, namun tidak mengurangi semangat saya untuk mengikuti acara seminar dan konvensi ini. Mungkin karena kamar besar dengan tiga tempat tidur single di LPMP ini cuma diisi saya seorang diri, sehingga agak-agak gimanaa gitu atau karena ingin cepat-cepat menyelesaikan tugas hari ini.
Salah satu bagian dalam rangkaian pembukaan acara adalah peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Jujur saja, rapat kemarin sore sebelum saya berangkat ke bandara, tiba-tiba terputar ulang, dan tanpa terasa, rasa haru begitu menyelimuti hati saya. Beda sekali menyanyikan lagu Indonesia Raya kali ini...
Setelah pembukaan acara yang secara resmi dilakukan oleh pak Ali Shadikin, pak Wasis D Wiyogo sebagai wakil dari Tendik PMPTK mengisi acara seminar dengan sosialisasi Permendiknas no 25 tahun 2008. Ada hal menarik yang disampaikan oleh pak Wasis yaitu Borobudur ditemukan sebelum benua Amerika ditemukan. Berarti Indonesia sudah maju lebih dulu dibanding Amerika pada saat itu. Tapi kok beda kenyataannya saat ini ya? Terbalik, begitu...Hmmmm....
Akhirnya tiba pada acara konvensi. Ini artinya sesi saya dimulai, setelah makan siang.
Acara konvensi dibuka dengan sosialisasi ATPUSI kemudian penjelasan sistematika pemilihan pengurus daerah ATPUSI. Peserta dibagi dalam dua kelompok komisi yaitu Komisi A yang membicarakan sistem dan tata tertib pemilihan pengurus dan Komisi B membicarakan program kerja dan rekomendasi peserta. Ditekankan lagi bahwa tujuan acara konvensi ini adalah terbentuknya kepengurusan daerah propinsi Kalimatan Timur dan pelaksanaan pelantikannya.
Para Ketua dan Sekretaris Komisi B dan Komisi A
Pak Isnu dan Pak Sumindar, Ketua Komisi A dan Komisi B
Komisi A
Komisi B
Hal yang patut diancungi jempol dari teman-teman di Kalimantan Timur ini adalah inisiatif berkumpul untuk membahas pembentukan ATPUSI Propinsi, sebelum adanya informasi bahwa ada dana untuk penyelenggaraan kegiatan ini lewat LPMP.
Pada tanggal 12 April 2010, dengan inisiatif Drs Sumindar MSi, Kepala Bidang Pengembangan dan Pembinaan Badan Perpustakaan Propinsi Kalimantan Timur, Drs Isnu Supranto dan Jamaludin, berkumpulah duabelas tenaga perpustakaan untuk membahas acara ini.
Sayangnya, saat acara Seminar dan Pembentukan ATPUSI ini berlangsung dengan difasilitasi oleh LPMP, tidak semua rekan-rekan yang berkumpul itu diundang.
Kalimantan Timur mempunyai 3313 perpustakaan sekolah yang menyebar di empat kota yaitu Balikpapan, Samarinda, Bontang dan Tarakan serta sepuluh kabupaten. Undangan perwakilan untuk menghadiri acara ini disebar ke empat kota dan sepuluh kabupaten itu.
Akhirnya, melalui sistem pemilihan oleh tim formatur, terbentuklan kepengurusan daerah ATPUSI Propinsi Kalimatan Timur. Para peserta menyetujui untuk menambah kepengurusan dari teman-teman yang hadir di tanggal 12 April itu.
Ketua Terpilih: Pak Jamaludin
Berikut susunan kepengurusan daerah ATPUSI Propinsi Kalimantan Timur Periode 2010-2014 yang terbentuk pada tanggal 1 Juni 2010:
KETUA : Jamaludin
WAKIL : Abdul Basit, S.Pd
SEKRETARIS: Khusnul Hotimah, S.Psi
BENDAHARA: Anida
Komisi Organisasi:
1. Andi Erviana
2. Hj Fitriana
Komisi Pengembangan Profesi:
1. Erna Rosida
2. Muh Sufran
Komisi Usaha dan Dana:
1. M. Riyad
2. MI Prapto Salam
Komisi Hubungan dan Kerjasama:
1. Yuliana, S.Th
2. Yusuf Pateung, AMD
Pembacaan Janji Pengurus
Penandatangan Berita Acara
Penandatangan Berkas Pelantikan
Foto bersama
Waktunya menikmati kuliner
Acara selesai pada sore hari, dan berterima kasih kepada Bpk Sumindar, pak Isnu dan pak Jamal untuk kesediaannya menemani saya menikmati seafood di salah satu rumah makan di Samarinda, sebelum saya kembali ke Balikpapan malam itu untuk mengejar pesawat pagi harinya.
Oya, saya sempat mengunjungi perpustakaan Propinsi Kalimantan Timur dan takjub dengan gedung tiga lantai ini yang masih ramai oleh pengunjung di sore malam hari itu.
Saya sempat mengunjungi ruang anak – anaknya, dan secara cepat melihat layanan di lantai dua dan tiga. Kesan saya: perpustakaan modern dengan layanan prima. Two thumbs up [Ini bukan karena saya ditraktir seafood pak Sumindar loh] Serius, perpustakaan umum ini keren habis
Nah, saya tidak bercerita banyak tentang menu seafood yang saya nikmati malam ini. Silakan nikmati foto-fotonya ya.
Udang asam manis: asam dan manisnya..menyegarkan..slurrppp
Kepiting soka, kepiting kulit lunak: baru kali ini bisa makan cangkang kepiting..kriuk kriukk..
Sayur asem: kelihatannya seperti sayur lodeh, warnanya juga, tapi tidak kental. Asemnya, asammm...yummyy..
Roti pisang: penganan khas Samarinda: mirip kue lumpur
Ikan Terkulu Asam Manis: Ini menu makan siang. Jujur saja, saya makan empat piring dengan lauk ikan ini. Daging ikannya mirip ikan kakap. Dengan olahan khas, ikan segar ini nikmat disantap dengan sambal khas yang tersedia. Mantap.
Pulang yuuukkk
Setelah kenyang makan malam, supir taksi kenalan pak Sumindar datang menjemput saya. Saya siap meluncur kembali ke Balikpapan untuk penerbangan pagi pukul 7 keesokan harinya.
Saya diantar ke hotel tempat saya bermalam yang juga sudah dipesan dari Samarinda. Kamar saya sederhana, dengan furniture berwarna hitam. Saat saya bersiap hendak istirahat, terdengar iklan acara, Dunia Lain di TransTv (atau Trans7? saya lupa). Saya merinding. Saya berdoa.
Suasana di kamar itu membuat saya tidur menghadap ke arah dinding sebelah kiri tempat tidur, bukan ke gordyn, di sebelah kanannya yang terlihat agak gelap. Program televisi saya ganti dengan program sepak bola, dan saya putar keras-keras lagu-lagu yang ada di handphone saya.
Saya melewati malam itu dengan dag dig dig dan rasa takut. Ini tidak biasa. Tiba-tiba di kepala saya muncul bayangan-bayangan aneh. Please go away bayangan aneh. Ini perasaan saya saja, batin saya dalam hati. Untuk memastikan saya bangun pagi, saya pasang alarm di handphone saya.
Seingat saya, saya tidak mengubah jam yang ada di handphone saya dengan waktu lokal. Saya biarkan dengan waktu Jakarta. Saya pasang alarm agar saya bangun pukul 4 WIB, artinya pukul 5 WITA. Saya terbangun oleh bunyi alarm handphone saya, ternyata baru pukul 3 WIB. Artinya pukul 4 WITA dan itu berarti satu jam lebih awal dari setting-an yang saya buat. Saya membatin, mungkin saya salah setting tadi. Hiiii....saya mau pulangggg!
No comments:
Post a Comment