Monday, January 11, 2016

Jatiluwih dan Singaraja, Bali: interaksi dengan alam yang selalu baru

Niatan yang kuat untuk kembali ke Jatiluwih begitu kuat saat menerima  email dari Pak Putu Pendit yang mengabarkan waktu kedatangannya ke Bali, Indonesia. Meski awalnya terjadi beberapa kendala, namun akhirnya kunjungan ke sana pun terwujudkan, confirm tiket pesawat ke Denpasar Bali tanggal 16 dan 18 Desember 2015. Terima kasih banyak, Tuhanku. Engkau sangat baik.

Kunjungan kali ini juga mempunyai misi lain, yaitu berkunjung ke Singaraja untuk sharing tentang Literasi Informasi bagi adik-adik mahasiswa di Jurusan Ilmu Perpustakaan Program Diploma 3, Universitas Pendidikan Ganesha. Undangan dari Putu Sri Aryani yang tak boleh terlewatkan.

Ngopi cantik di Sanur
Inginnya memang sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Kunjungan kali ini juga tidak mau merugi. Kontak di awal dengan kawan kuliah di Jurusan Ilmu Perpustakaan UI dulu, Candra Dewi juga dilakukan jauh-jauh hari. Senangnya mendengar kalau Candra berhasrat untuk menjemput di bandara saat ketibaan dan keinginannya untuk berjumpa dengan Pak Putu, dosen kami ketika kuliah tempo itu di Jatiluwih.

Pukul 2 siang, Candra siap mengangkut saya di mobilnya dan menuju Sanur, untuk sebuah miting kantornya sebelum kami melaju ke Jatiluwih. Sambil menunggu Candra, rapat, saya tidak mau melewatkan menikmati santap siang di Restoran Kopi Bali yang pernah kami kunjungi dulu dengan kawan-kawan Panitia IASL 2013.




Menu makan siang - pelecing kangkung dong :)

Ngupi cantik sambil baca...Nikmat!

Bareng Candra - kawan kuliah di JIP UI

Jatiluwih, here we come!
Dan akhirnya kami pun berangkat ke Jatiluwih. Perjalanan yang menempuh kurang lebih dua jam ini, membawa kami tiba di tempatnya Pak Putu. Jalananya gelap. Selain marka jalan penunjuk arah, ada juga penuntun lain yang membantu kami menuju lokasi, Jatiluwih 259. Dan kamipun tibalah. Ternyata, hidangan makan malam sudah tersedia. Bersama Tim Jati Mesari, kami pun melahap hidangan khas Bali itu.

Bersama Candra, Pak Putu Pendit (nomor dua dari kanan) dan Tim Jati Mesari 

Hidangan penutup: Jaje Embung - dengan gula aren hasil bumi Jatiluwih

Hidangan makan malam yang tersaji - asli, enak bangett!

Experiencing the different nature of BALI - Jatiluwih
Pukul 5 pagi, saya bangun dan siap-siap untuk menikmati moment matahari terbit dan kegiatan lain yang sudah direncanakan oleh Pak Putu. Kamera saya percayakan pada gadget iPhone 6. Bukan buat gaya-gayaan, tapi ini salah satu dari bucket list saya. Ingin merasakan punya gadget mahal, sekali seumur hidup. Anyway, kembali ke perjalanan hunting momen dan foto matahari terbit. Rupanya, kami tiba tepat pada waktunya. 


Pemandangan alam pagi hari yang sangat indah. Selesai mengambil foto-foto, kami melanjutkan kegiatan kami, trekking. Modal saya hanya kaus kaki tinggi berwarna merak karena sepatu boot dipinjamkan oleh Pak Yugha.

Perjalanan dimulai dengan menjemput Pak Wayan yang pekerjaannya adalah bertani nira. Dengan langkah sigap dan tangkas, ia berjalan menuju pohon nira untuk mengambil airnya. Puhon nira yang tinggi itu, dipanjatnya dengan cepat. Ia menyiapkan embernya dan dalam sekejap ia turun lagi dengan ember yang sudah terisi air nira.

Kami berjalan menyusuri jalan setapak dan pepohonan di kanan kiri kami. Udara pagi yang segar sudah bercampur dengan sinar matahari menyertai langkah-langkah kami menuju target pohon nira selanjutnya. Rute jalan dan henti sepertinya sudah diatur benar. Buat saya yang jarang olahraga, jalanan menanjak dan sesekali menurun, cukup membuat napas terengah-engah. Tapi saya tetap bisa mengikuti perjalanan ini, karena tepat saya kehabisan napas, pas kita harus berhenti. Pak Wayan kembali memanjat pohon nira dengan embernya.

Perjalanan menira dua pohon, cukup bagi saya pagi itu. Perjalanan trek pertama berhenti di rumah Pak Wayan dan kami bisa langung menikmati air nira yang baru saja diperolehnya dari pohon - pohon tadi. Segarrr...

Trekking selanjutnya adalah menyusuri jalur yang berbeda dengan tujuan rumah Pak Putu. Kami melewati pohon-pohon well..hutan mini boleh dibilang. Serunya, Pak Yugha bisa memetik daun-daun sayuran yang tumbuh liar sepanjang perjalanan kami untuk dimasak dan menjadi menu makan malam nanti. Diambilnya daun besar untuk 'membungkus' hasil petikan dalam perjalanan trekking. Pak Yugha juga berhasil memetik lumayan banyak cabai yang juga tumbuh liar.

Pak Yugha dan hasil petikan sayur mayur untuk menu makan malam
Dipetik dari tanaman liar yang tumbuh dalam perjalanan trekking kami



Setelah makan pagi dan mandi, waktu kami isi dengan diskusi tentang kepustakawanan sekolah, khususnya APISI. Banyak hal yang kami diskusikan termasuk peran Asosiasi Organisasi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (AOIPII). Waktu menunjukkan pukul 12 siang, perut kami saya sudah memberi kode ingin diisi. Dengan berkendara mobil, kami menuju Mengesta untuk mencari nasi campur enak di sana.

Nasi Campur Mangiest
Selesai makan siang, kami siap menanti kehadiran kawan-kawan dari Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Rencananya mereka akan menjemput saya dari Jatiluwih ke Singaraja. Keesokan harinya saya akan memberikan kuliah umum kepada para mahasiswa dan dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.


Di foto ini tampak diskusi seru Pak Putu dengan dua dosen perkasa Jurusan Ilmu Perpustakaan D3 Universitas Ganesha. Ibu Putu Sri Aryani dan Ibu Made Mas.

Senang juga bisa mempertemukan mereka untuk mendiskusikan perkara penting pendidikan ilmu perpustakaan di UNDIKSHA :) Sisanya adalah foto-foto learning center Pak Putu yang tempo hari saya kunjungi tanggal 5 November 2011, saat tanahnya masih berundakundak. Sekarang, tempat ini tampak indah dengan bunga - bunga cantik disekitarnya.

Experiencing the different nature of BALI - Singaraja


Oleh mahasiswa UNDIKSHA, saya diinapkan di Hotel Pop Singaraja, tepat berbelakangan dengan pantai Eks Pelabuhan Buleleng. Saya bangun pagi dan berjalan di sisi pantai sambil menikmati suasana sekitarnya. Saya beruntung berada di tempat ini karena hanya dengan berjalan kaki, saya bisa menikmati pantai, melihat restaurant terapung,  Tugu Yudha Mandala Tama dan Jembatan Belanda. Meski singkat, saya cukup menikmati tempat bersejarah ini di pagi hari.





Putu Sri membawa saya ke rumah makan Muslim yang sate nya enak sekali apalagi dikombinasikan dengan minuman es Sari Temu Lawak. Mantap pas :)



Makan siang kami -  Sate sum-sum :)

Inilah buah tangan yang disiapkan Putu Sri dan kawan-kawan dari UNDIKSHA. Kacangnya mantep, kue pie lima kotak dengan lima rasa juga enak, kopinya ok, minyak kelapa buatan Putu Sri pun memberi aroma dan kenikmatan masakan saya di rumah,  plakat kenang-kenangan plus bawaan air nira dari Jatiluwih.

Terima kasih banyak ya, semua kebaikan ini kiranya dibalas oleh yang Maha Kuasa.  Saya mensyukuri perjalanan singkat yang menciptakan memori indah dan persahabatan yang kental.
Sekali lagi, terima kasih Putu Sri :).

Oleh-oleh dari Singaraja




Acuan:

Pelabuhan Buleleng, Objek Wisata Bersejarah di Jantung Kota. Bali Post. http://balipost.com/read/pariwisata/2015/08/07/39142/pelabuhan-buleleng-objek-wisata-bersejarah-di-jantung-kota.html. Diakes 11 Januari 2016.







No comments:

Post a Comment