Ketinggalan Pesawat
Kunjungan ke Surabaya kali ini, mengukir sebuah kisah tersendiri. Bagaimana tidak, seumur-umur bepergian naik pesawat, baru kali ini ketinggalan penerbangan. Pagi-pagi sudah bangun pukul tiga untuk mengerjakan tugas kelompok Komunikasi dan Sumber-sumber Informasi. Begitu mau dikirim ke teman-teman, error. Diniatkan untuk dikirim ke teman-teman saat tiba di sekolah, maka file itu disimpan di USB stick. Setibanya di kantor, ternyata tidak ditemukan file revisi hasil pengerjaan di pagi hari itu. Segera minta diantar kan netbook-nya, ternyata tidak tersimpan juga. Lemas rasa badan ini.
Proses Lockdown procedure di perpustakaan juga tidak kunjung mulai sementara waktu sudah menunjukkan pukul 9.00 pagi. Saatnya untuk meluncur ke bandara. Kendaraan yang menjemput Febi juga belum tiba. Akhirnya 9.30 meluncur dari sektor 9 ke bandara Sukarno Hatta dan tiba tepat di kounter ckeck-in pukul 10.37. Alhasil, terlambat mengejar keberangkatan pesawat pukul 10.55.
Kounter airlines yang sama mengatakan kalau penerbangan hari itu sudah penuh untuk tujuan Surabaya. Telpon travel agent untuk informasi lebih, dan jawabannya adalah tidak bisa melakukan pemesanan kurang dari 24 jam keberangkatan. Terpikirkan untuk naik kereta, tapi berat juga mau berangkat ke Gambir untuk perjalanan 12 jam. Harus berangkat hari ini, karena akan mewawancarai Evie yang punya waktu untuk itu di hari ini. Keluar masuk kounter check in Terminal 2, tanya sana, tanya sini, diskusi dengan calo [jangan pernah beli tiket di calo, karena kita membeli tiket atas nama orang lain yang membatalkan penerbangannya. Jadi kalau terjadi apa-apa, nama kita tidak ada dalam daftar penumpang], balik lagi ke kounter penerbangan penjualan tiket, akhirnya dapat dua tiket ekonomi penerbangan pukul 18.30 WIB. Puji Tuhan. Waktu lima setengah jam dapat digunakan untuk mengerjakan tugas kelompok yang tadi sempat hilang. Segala sesuatu yang terjadi, pasti ada hikmahnya ya.
Akhirnya kami tiba pukul 20.00 WIB di Bandara Juanda, Surabaya. Mas Iwan, sang driver sewaan telah menanti kami dan membawa kami untuk makan malam di Ayam Pedas dan Bebek Eco, Sidoarjo.
Bebek Eco, Sidoarjo
Yahh…not bad lah.
Tidak lama setelah kami tiba di guest house yang sudah dipesan Evie buat kami, Evie datang dan kami pun berbincang dan wawancara untuk keperluan Kajian penelitian literasi informasi yang sedang kami garap berlangsung hingga pukul 2 dinihari. Terima kasih banyak ya Evie :)
Evi saat presentasi di acara APISI, Bali
Cagar Budaya Sekolah Santa Maria
Pagi hari, kami meluncur ke sekolah Santa Maria untuk bertemu dan mewawancarai pustakawannya. Ternyata, sekolah ini merupakan salah satu cagar budaya yang tidak boleh di’kutak katik’ bentuk asli bangunannya. Sekolah ini menyimpan sejarah perjuangan RI saat jaman awal kemerdekaan, ketika gedung ini menjadi tempat persinggahan para tentara perjuangan.
Selain itu, gedung sekolah ini yang tadinya adalah Susteran Ursulin, yaitu tempat tinggalnya para suster, memang sudah lama berdiri di sini.
Nah,berikut ini tampak bangunan sekolah Santa Maria sebagai salah satu cagar budaya yang patut dilestarikan.
Bersama staf perpustakaan sekolah Santa Maria
ki-ka: Pak Panggih Walla Irianto, Yosua Danang Wijaya, Febi, saya, Ibu Paula Oemi Ngastiningsih
Setelah, selesai urusan dengan Santa Maria, saya meluncur ke Perpustakaan UK PETRA untuk menyelesaikan tugas kajian ini. Pak Aditya Nugraha berbaik hati untuk mengijinkan saya menggunakan perpustakaannya hingga sore hari. Sebetulnya ada cerita menarik yang saya dapatkan dari hasil kerja setengah harian di tempat ini. Saat itu ada Ibu Titin dan putrinya yang sedang mendekorasi 'pohon Natal' dari kain perca setinggi 10 meter. Bu Titin adalah arsitek dan salah satu dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) di UK Petra. Bu Titin yang baik hati - beliau membawakan saya cemilan dan air minum- berbagi cerita yang spontan namun mengandung nilai hidup yang dalam buat saya. Bener ya, segala sesuatu yang terjadi, selalu ada hikmahnya. Terima kasih bu Titin, saya ingin kembali lagi nanti menikmati karya-karya Ibu.
Suramadu
Acara malam ini adalah jalan-jalan dengan mba Trini dari YPPI yang berjanji mau mengajak kami ke Suramadu dan makan malam. Oia, baru kali ini juga saya mencoba menyetir mobil di Surabaya. Tapi, mohon maaf ya mba Trini, biasa bawa mobil matic terus bawa yang manual lagi, jadi rada kagok nih, ketinggalan deh dari mobil yang harusnya kami ikuti dari belakang. Akibatnya nyasar-nyasar juga...he.he.hehe..
Semangat foto-foto mbak Trini memang luar biasa. Kami berhenti di tengah-tengah tol Suramadu untuk mengabadikan keindahan warna-warna monumen di salah satu jembatan ini.
Sego Sambal Yeye
Sepulang dari perjalanan Suramadu, mbak Trini membawa kami makan di Sego sambal Yeye, di belakang Plaza DTC, jalan Jagir Wonokromo. Penuhnya reeekkk... Padahal tempat makan ini hanya mengambil sebuah tenda di depan toko dan para pembelinya, makan lesehan di sekitar toko-toko di jalan itu. Kami memesan minuman di sekitarnya, dan menanti pesanan kami.
Manteb bener deh puedessnyaaaa. Kami makan sambil berhusshh husshhah karena kepedesan tapi terus melahap sambil sebentar-sebentar minum. Saat menulis ini, pedasnya terbayang lagi, dan duh... jadi pengen lagi nih :)
Bareng Trini, sang tour guide
Suoklat Surabaya
Keunikan minuman coklat khas Surabaya.
loh yg suoklaaat kok aku gak nguertii yo, jian... he..he.. boso suroboyoan di sensor..
ReplyDelete